Premier League Milik Tiga Klub

KEMENANGAN Leicester 1-0 atas Norwich, kemarin (26/2) makin memantapkan posisinya sebagai pemuncak klasemen Liga Primer Inggris dengan mengoleksi 56 poin. The Foxes (Si Rubah) masih unggul dalam pegumpulan poin dibandingkan dua pesaingnya, Tottenham Hotspur dan Arsenal.



Tampaknya tiga kuda pacu tersebut yang paling besar peluangnya untuk merebut gelar juara. Rumah-rumah taruhan terkenal mengunggulkan Arsenal pada peringkat pertama disusul oleh Tottenham dan Leicester. Namun, melihat jadwal 12 laga tersisa rasanya Leicester yang lebih diuntungkan.

Leicester menghadapi empat lawan yang tergolong berat, dua di antaranya di kandang. Yakni Southampton (2 April) dan West Ham(16 April). Dalam dua laga yang lain, The Foxes tampil di kandang lawan masing-masing menghadapi Manchester United(30 April) dan Chelsea(15 Mei).

Dari keempat lawan tersebut Leicester tidak pernah kalah pada putaran pertama. Dua kali imbang(2-2 dengan Southampton dan 1-1 dengan MU) serta dua kali menang(1-2 atas West Ham dan 2-1 atas Chelsea). Arsenal dalam 12 laga tersisa harus menghadapi tiga lawan yang berat dan ketiganya harus dimainkan di kandang lawan.. Dua di antaranya merupakan derby London yakni melawan Tottenham(5 Maret) dan West Ham (9 April). Satu laga lagi adalah melawan Manchester City di Stadion Etihad pada 7 Mei.

Dari ketiga lawan tersebut, pada putaran pertama, Arsenal kalah sekali(0-2 di kandang dari West Ham), sekali imbang(1-1 dengan Tottenham) dan menang 2-1 atas Manchester City keduanya di Emirates.

Tottenham dalam 12 laga sisa harus menghadapi enam lawan berat, tiga di antaranya di luar kandang. Yakni laga derby di Bolyen Ground (kandang West Ham 1 Maret), mengunjungi Anfield (kandang Liverpool - 2 April) dan tampil dalam laga derby lagi melawan Chelsea di Stamford Bridge(30 April). Sedangkan tiga laga yang lain akan dimainkan di kandang yakni derby London melawan Arsenal(5 Maret), menjamu Manchester United(9 April) dan menjadi tuan rumah bagi Southampton(7 Mei)

Dari keenam lawan tersebut, pada putaran pertama, Spurs menang dua kali, 4-1 atas West Ham dan 0-2  dari Southampton, sekali kalah 1-0 dari MU di Old Trafford dan tiga kali imbang(1-1 dengan Arsenal, 0-0 dengan Liverpool dan 0-0 dengan Chelsea).

Ada faktor non teknis lain yang membuat Leicester rasanya lebih besar peluangnya. Perjalanan Leicester musim ini mirip dengan yang dilakukan Blackburn Rovers pada 1994-1995. Kemiripan yang lain adalah kedua tim punya striker orang Inggris yang produktif. Kalau di Blakckburn ada Alan Shearer dan Chris Sutton, The Foxes punya Jamie Vardy yang sudah mencetak 19 gol sampai pekan ke 26. Persamaan yang lain kedua klub itu dimanajeri oleh bukan orang Inggris: Leicester Claudio Ranieri (Italia), Blackburn Kenny Dalglish(Skotlandia).

Satu-satunya kendala bagi Leicester adalah Ranieri tidak pernah membawa klub yang dilatihnya menjadi juara kompetisi kelas tertinggi. Dari sebelas klub yang pernah ia tangani ia hanya mempersembahkan Coppa Italia bagi Fiorentina dan promosi bagi Cagliari serta AS Monaco. (*)

Kinerja Ekspor Jatim Menurun 7,22 Persen

SURABAYA–Kinerja ekspor Jawa Timur (Jatim) pada September 2015 mengalami pertumbuhan jika di bandingkan dengan bulan sebelumnya. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor Jatim pada September 2015 mencapai USD 1.403,880 juta atau naik 2,51 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai USD 1.369,38 juta.

Secara kumulatif, nilai ekspor Jatim pada September lalu tidak banyak membantu kinerja ekspor Jatim pada periode Januari–September 2015. Berdasar data yang dirilis BPS Jatim, kinerja ekspor Jatim pada kuartal ketiga mencapai USD 13.184,24 juta atau menurun 7,22 persen dari ekspor pada periode yang sama 2014 yang mencapai USD 14.209,99 juta.



”Ekspor migas Jatim pada September 2015 mencapai USD 55,86 juta atau turun 0,13 persen dari ekspor migas Agustus 2015 yang mencapai USD 55,93 juta,” kata Kepala BPS Jatim M. Sairi Hasbullah kemarin (15/10). Penurunan itu berimbas pada ekspor migas Jatim sepanjang kuartal ketiga yang tercapai USD 443,35 juta atau turun 25,89 persen dari periode yang sama 2014 yang mencapai USD 598,26 juta.

Sementara itu, ekspor nonmigas Jatim pada September 2015 mencapai USD 1.347 juta atau naik 2,63 persen dari ekspor nonmigas pada Agustus yang mencapai USD 1.313,45 juta. Ekspornon migas pada periode Januari–September 2015 juga turun 6,40 persen atau setara dengan USD 12.740,89. Ekspor nonmigas pada periode Januari–September 2014 mencapai USD 13.611,73 juta.

Sejauh ini komoditas utama penyumbang ekspor nonmigas masih didominasi perhiasan dan permata dengan nilai USD 309,20 juta. ”Itu diikuti kayu dan barang dari kayu sebesar USD 97,26 juta, lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 84,84 juta, ikan dan udang USD 76,22 juta, serta bahan kimia organik sebesar USD 75,73 juta,” paparnya.

Negara tujuan ekspor produk nonmigas Jatim masih didominasi Jepang dengan nilai ekspor yang mencapai USD 158,76 juta, diikuti Amerika Serikat (AS) sebesar USD 151,91 juta, dan Swiss senilai USD 136,49 juta. ”Negara ASEAN tujuan ekspor mencapai USD 63,34 juta, diikuiti Malaysia USD 60,54 juta, dan Thailand USD 22,93 juta,” urainya.

Negara Uni Eropa tujuan ekspor Jatim adalah Belanda dengan nilai ekspor sebesar USD 25,26 juta atau turun 15,32 persen dari bulan sebelumnya, Inggris senilai USD 21,95 juta, serta Jerman USD 21,68 juta. Penurunan tersebut diduga disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama dolar AS (USD). Itu juga merupakan dampak melambatnya perekonomian global. (rud/c1/rif)

Penguatan Rupiah Dorong Produk Impor

SURABAYA–Menguatnya mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berdampak pada produk impor yang masih tergantung pada pergerakan mata uang internasional. Posisi rupiah yang terus merangkak naik bisa menjadi pemicu naik nya daya beli terhadap produk impor.

“Menguatnya rupiah saat ini kami harapkan kedepan bisa semakin baik, agar perekonomian terus baik dan bisa meningkatkan daya beli masyarakat,” ujar Di rektur Visma Art & Design Gallery, Teja Putra Lesmana, saat ditemui Radar Surabaya, kemarin (14/10).



Selama ini penjualan untuk produk impor seperti yang ada di tempatnya yakni furniture asal Italia pada penjualan awal tahun hingga semester kedua sempat mengalami penurunan. Hal itu tidak lepas dari nilai tukar rupiah yang sempat menembus level psikologis yakni pada posisi Rp 14.000 per dolar AS.

“Penjualan harganya memang mengikuti kurs dolar per hari. Karena memang penjualan furniture ditempat kami standarnya menggunakan dolar karena langsung didatangkan dari Italia,” lanjutnya.

Sedangkan pangsa pasar premium produk impor asal Italia itu menyasar kalangan menengah atas. Dengan mengedepankan dua produk yakni kitchen set dan lemari baju. Diakui sebenarnya tidak hanya mengandalkan produk impor yang dijual, namun lebih pada seni atau desain yang lebih ditonjolkan. (rud/rif)

Siasati Pasar, CitraLand GreenLake Siapkan Tipe Kecil

SURABAYA – Untuk menyiasati lesunya pasar properti terutama kelas middle-up (menengah atas) akibat melemahnya ekonomi, Ciputra Group segera melakukan strategi dengan merilis tipe kecil. Hal itu akan dilakukan di salah satu proyeknya, CitraLand GreenLake, Surabaya.

Menurut General Manager CitraLand GreenLake Sukrisno, tahun ini pasar rumah kelas middle-up sangat lesu. Akibatnya, penjualan merosot tajam. Hingga September lalu, baru tercapai 50 persen dari target Rp 160 miliar. Padahal, tahun lalu, target sudah terpenuhi sampai September. “Tahun ini benar-benar lesu. Kami sudah coba produk baru, namun hasilnya belum optimal. Kami akan rilis beberapa tipe kecil,” tuturnya di sela launching cluster  baru CitraLand GreenLake kemarin (12/10).



Sukrisno menjelaskan, pasar rumah kelas yang masih bisa dicreate di kisaran harga Rp 2 miliar ke bawah. Pasar rumah dengan harga di atas itu agak berat. Karena itu, tipe kecil akan diperbanyak selama kondisi belum pulih. Ada tiga tipe dengan harga mulai Rp 1,8 miliar.

“Kami optimistis. Sebab, harganya masih perdana dan kami naikkan pada 16 Oktober,” kata Marketing Manager CitraLand GreenLake Sianne Wahjoeni. (fix/c1/hen)